13 Saham Batu Bara Membara, Siapa Paling Cuan?

Pada artikel ini kami akan menjelaskan Saham batubara apa saja Kalau kamu juga tertarik, pada artikel ini Nha Xinh akan menjelaskan tutorialnya untuk kamu.

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga saham emiten batu bara secara mayoritas kembali bergairah pada perdagangan sesi I Senin (30/1/2023), meski harga batu bara masih cenderung terkoreksi.

Hingga pukul 09:38 WIB, setidaknya ada 7 saham batu bara yang sudah melesat hingga 1%-2% lebih.

Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.

SahamKode SahamHarga TerakhirPerubahanGolden Eagle EnergySMMT7052,17%Bumi ResourcesBUMI1581,94%Borneo Olah Sarana SuksesBOSS1081,89%Indika EnergyINDY2.5101,62%Delta Dunia MakmurDOID2981,36%Bukit AsamPTBA3.5101,15%Mitrabara AdiperdanaMBAP6.8751,10%Bayan ResourcesBYAN20.1750,88%Atlas ResourcesARII2680,75%Baramulti SuksessaranaBSSR4.1000,74%Indo Tambangraya MegahITMG36.3000,55%Adaro Energy IndonesiaADRO3.0700,33%Adaro Minerals IndonesiaADMR1.6650,30%

Sumber: RTI

Saham PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) memimpin penguatan saham batu bara pada perdagangan sesi I hari ini, yakni melejit 2,17% ke posisi harga Rp 705/saham.

Selanjutnya di posisi kedua, terdapat saham batu bara Grup Bakrie yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang melompat 1,94% ke Rp 158/saham.

Selain itu, beberapa saham batu bara big cap juga terpantau kembali cerah, seperti PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).

Naiknya kembali harga saham emiten batu bara pada pagi hari ini terjadi meski harga batu bara masih cenderung lesu.

Pada perdagangan terakhir pekan lalu, harga batu bara kontrak Februari di pasar ICE Newcastle ditutup melandai 2,7% ke posisi US$ 266,25 per ton.

Kendati menguat, harga batu bara masih bergerak di level terendah dalam sembilan terakhir.

Secara keseluruhan, harga batu bara ambruk 12,36% dalam sepekan. Pelemahan tersebut adalah yang terdalam sejak pekan kedua November 2022.

Pelemahan tersebut juga memperpanjang tren negatif pasir hitam yang sudah melemah dalam empat pekan beruntun.

Namun, harga batu bara diperkirakan sedikit menguat pekan ini dengan ditopang permintaan dari China dan India.

Seperti diketahui, warga China akan kembali ke aktivitas normal pada pekan ini setelah libur panjang Hari Raya Imlek lebih dari sepekan. Inventori batu bara di pabrik ataupun utilitas China juga diperkirakan perlu segera ditambah pasokannya setelah libur.

Beijing, akhir pekan lalu, menegaskan jika mereka ingin menjadikan konsumsi masyarakat sebagai motor utama penggerak ekonomi.

“Potensi terbesar ekonomi China terletak pada konsumsi masyarakat yang berjumlah 1,4 miliar. Membangkitkan konsumsi adalah langkah utama untuk memperluas permintaan domestik,” tutur Perdana Menteri China, Li Keqiang, dikutip dari The Financial Times.

China telah melonggarkan sejumlah kebijakan Covid-19 untuk mempercepat pemulihan konsumsi.

Selama liburan panjang Imlek di China, konsumsi naik 12,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ekonomi China tumbuh 2% pada 2022 tetapi diperkirakan melesat 4,9% pada 2023.

“Kita harus menghidupkan kembali peran konsumsi masyarakat ke ekonomi kita,” imbuh Kegiang.

Fokus China untuk segera menggerakkan konsumsi masyarakat ini diharapkan ikut mendongkrak permintaan listrik serta batu bara.

Dewan Kelistrikan China (CEC) memperkirakan konsumsi listrik tahun ini akan menembus 9,15 triliun Kilowatt-hours (KWh) atau naik 6%.

Kenaikan permintaan batu bara juga diharapkan datang dari India. Pembangkit listrik di India tengah berjuang untuk mengisi kembali pasokan batu bara.

Pasalnya, konsumsi batu bara lebih cepat daripada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan, terutama karena hambatan jaringan rel.

Pasokan batu bara di utilitas India kini kurang dari 12 hari, lebih rendah dibandingkan 18 hari pada 2021.

Pasokan berkurang karena pengiriman batu bara pada Oktober, November, dan Desember 2022 melalui jalur rel berkurang.

“Meskipun pasokan batu bara naik pada kuartal IV-2022, tetapi itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik yang naik dan bisa berkembang di luar dugaan,” tulis Kementerian Listrik India, awal Januari lalu, dikutip dari Reuters.

Konsumsi batu bara di pembangkit India lebih tinggi dibandingkan yang datang di mana angkanya diperkirakan mencapai 100.000-200.000 ton per hari. Karena itulah, Kementerian India sudah meminta produsen listrik untuk segera mengimpor batu bara.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd) [Gambas:Video CNBC]